SAMARINDA, Notis.id- Produksi beras di Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami penurunan sekitar 2,15 persen pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti berkurangnya lahan pertanian dan perubahan iklim yang tidak menentu.
Demikian disampaikan oleh Nidya Listiyono, Ketua Komisi II DPRD Kaltim, saat ditemui di Gedung E DPRD Kaltim. Ia mengatakan bahwa kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk menjaga ketersediaan stok beras, terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
“Faktor utamanya bisa disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian dari pada dampak dari perubahan iklim El Nino,” kata Nidya, yang juga merupakan politisi dari Partai Golkar.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi petani di Kaltim pada tahun 2022 hanya mencapai 239.430 ton Gabah Kering Giling (GKG), turun sebanyak 5.250 ton GKG dari tahun 2021 yang mencapai 244.680 ton GKG.
Untuk mengatasi masalah ini, Nidya mendorong pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam merencanakan strategi yang efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kaltim.
“Saat ini yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan stok beras menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya langkah-langkah antisipasi yang berkelanjutan, bukan hanya saat ada perayaan-perayaan khusus seperti lebaran atau Natal.
“Keberlanjutan pasokan pangan sepanjang tahun perlu menjadi perhatian utama,” tambahnya.
Selain itu, Nidya juga mengajak pemerintah daerah untuk lebih fokus pada pengembangan produksi beras lokal, daripada mengandalkan impor beras dari daerah lain.
“Karena selama ini kita bergantung kepada daerah lain. Kenapa kita tidak buat produk beras sendiri saja? Misal beras Kalimantan. Karena secara lahar semisal di Kutai Kartanegara juga itu luas,” tutupnya. (Ko/Le/Adv/DPRD Kaltim)
© Copyrights by Notis.id. All Rights Reserved.